Talimul Mutaalim adalah suatu kitab yang di susun oleh seorang ulama yang bernama Syekh Az-Zarnuji. Dengan tujuan agar dalam proses belajar dan mengajar dapat meraih kemanfaatannya, seperti yang di katakana beliau dalam bab muqodimahnya “Kalau saya memperhatikan para pelajar (santri), sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapat manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. karena, barangsiapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan”. Ini adalah permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan yang di miliki bangsa kita. Melalui program-programnya, pemerintahan telah mencoba agar sumberdaya manusia khususnya dalam bidang pendidikan dapat bersaing dengan bangsa lain, juga didukung usaha-usaha yang di lakukan oleh tenaga pendidik. Mulai dari pelatihan menyusun perangkat pembelajaran, mengikuti acara-acara diklat dan juga melaksanakan pertemuan antar guru. Namun sepertinya usaha yang telah di laksanakan semaksimal mungkin itu belum sepenuhnya menuai keberhasilan. Hal itu terbukti dengan masih adanya beberapa kelakuan dari peserta didik maupun tenaga pendidik yang belum mencerminkan nilai-nilai dari tujuan pendidikan. Tawuran antar pelajar, pelecehan seksual dan kekerasan sampai detik ini masih saja terus di beritakan oleh media masa. Jika masih saja berlarut seperti ini, maka tepat jika kita mengkoreksi letak kesalahan atau kekurangan yang belum kita benahi. Mungkin betul menurut beliau Syekh Az-Zarnuji, cara kita dalam menuntut ilmu masih ada yang salah dan juga kita masih terlalu sering meninggalkan syarat-syarat dalam menuntut ilmu. Sementara itu kita terus saja disibukan oleh pelatihan-pelatihan dan sebagainya.

Ada beberapa cara dalam menuntut ilmu yang semestinya kita lakukan, yang pertama adalah mengenai niat dalam menuntut ilmu. Kondisi kebanyakan yang berkembang saat ini adalah belajar atau menuntut ilmu itu dengan harapan kelak akan menjadi seorang yang kaya raya, mudah mendapat pekerjaan atau terangkat setatus sosial kemasyarakatannya. Jika pelajar tidak berhasil dengan cita-citanya yang seperti itu, maka instansi pendidikan tersebut di anggap telah gagal dalam mengemban tugasnya. Lambat waktu instansi pendidikan tersebut pun akan bangkrut dan tutup, selanjutnya muncul kembalai instansi-instansi pendidikan yang menjanjikan berbagai macam keahlian dan jaminan bagi peserta didiknya.
Yang kedua adalah cara kita dalam menghormati sebuah ilmu dan guru, jika menginginkan agar para pelajar dapat menghormati ilmu dan guru. Maka kita sebagai tenaga pendidik harus mencontohkan terlebih dahulu. Jangankan untuk menghormati ilmu ataupun seorang guru.Terkadang untuk menghormati diri sendiri, kedua orang tua dan teman sebaya saja kita masih belum mampu. Salah niat dalam mendidik adalah salah satu dari sikap kurang bisanya menghormaati diri sendiri. Menyukupi kebutuhan hidup adalah suatu hal yang wajar bagi siapa saja, namun jika terlalu terpesona dengan gemerlapnya dunia sehingga kita harus turun ke jalan meminta kenaikan upah, tentu itu sudah keluar dari tujuan mulia bagi seorang pendidik. Disinilah peran pemerintahan yang semestinya harus lebih dominan, agar tidak ada lagi tenaga pendidik yang merasa kekurangan dalam segi finansialnya dan tentunya di imbangi dengan profesional dalam mendidik. Lepas dari semua itu kita juga dituntut agar dapat menghormati ilmu diantaranya yaitu dengan tidak menaruh buku di sembarang tempat.
Sebetulnya masih banyak lagi yang harus kita kaji dalam kitab Talimul Mutaalim, di antaranya adalah kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah, cita-cita yang luhur, tawakal, waktu belajar, saling mengasihi dan saling menasehati, mencari tambahan ilmu pengetahuan dan bersikap wara’ ketika menuntut ilmu. Namun sebelum melangkah ke ranah yang lebih jauh, alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu mengukuhkan sesuatu yang paling mendasar dalam proses pembelajaran yaitu niat dalam mencari ilmu serta menghormati ilmu dan seorang guru.
Niat dalam mencari ilmu seharusnya tidak lain hanyalah untuk mencari ridha Allah, seperti yang tertulis dalam kitab Talimul Mutaalim. “Di waktu belajar hendaklah berniat mencari ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama. Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan atau penguasa-penguasa lain.” Jika sudah seperti itu maka di harapkan akan terwujudnya proses belajar dan mengajar dengan rasa nyaman dan penuh konsentrasi, karena sudah tidak lagi mencemaskan masa depannya yang berhubungan dengan kenikmatan duniawinya.
Setelah berusaha mengamalkan niat dengan benar, langkah selajutnya yang harus kita lakukan agar berhasil dalam menuntut ilmu ialah dengan menghormati sebuah ilmu dan guru. berikut yang di tulis oleh beliau Syekh Az-Zarnuji dalam kitabnya, “Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya. Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah.” Pertanyaanya adalah bagaimanakah cara kita dalam menghormati atau mengagungkan ilmu dan seorang guru, untuk menghormati ilmu salah satunya yaitu dengan memuliakan sebuah kitab atau buku tersebut, yaitu dengan cara tidak menaruh buku di sembarang tempat, tidak meletakan kaki sejajar dengan buku, tidak menggunakan tinta berwarna merah dan berusaha senantiasa dalam keadaan suci (berwudlu) ketika mengambil buku atau ketika sedang dalam proses belajar dan mengajar. Selanjutnya adalah dengan menghormati seorang guru, termasuk arti menghormati guru yaitu tidak berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya dan berbicara macam-macam tentangnya.
Diakhir tulisan yang sederhana ini marilah kita senantiasa memajukan dunia pendidikan dengan selalu mengingat tujuan pendidikan itu sendiri. Semoga nantinya pendidikan di bangsa ini benar-benar mempunyai karakter yang di harapkan, seorang guru yang mengamalkan ilmunya dengan penuh keikhlasan, pelajar yang belajar dengan penuh rasa ta’dim dan kesungguhan, orang tua yang senantiasa mendo’akan seberhasilan putra putrinya, dan lingkungan yang penuh dengan ke harmonisan.